Fenomena Deja Vu dan Jamais Vu ?

Nabira Prasiana
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
18 Desember 2020 7:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabira Prasiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sumber : Neuron (Youtube)
Mungkin istilah Déjà vu sudah tidak awam lagi kita dengar, tetapi ternyata ada lagi istilah lain selain deja vu, yaitu Jamais Vu atau yang sering disebut sebagai kebalikan dari déjà vu. Pada dasarnya déjà vu dan jamais vu merupakan fenomena yang berhubungan dengan memori.
ADVERTISEMENT

Déjà vu

Apakah Anda pernah mengalami fenomena déjà vu? Pernahkah Anda ke suatu tempat dan merasa tempat itu sangat familiar padahal sebelumnya belum penah pergi ke sana?
Walaupun sudah banyak orang yag mengalami fenomena déjà vu, penelitian terhadap fenomena ini relatif sedikit dan jarang. Dibutuhkan hampir satu dekade untuk menentukan istilah umum untuk fenomena ini. Dari abad ke-19 sampai abad ke-20, peneliti menggunakan berbagai kalimat dan bahasa untuk mendeskripsikan fenomena déjà vu.
Istilah dejavu pertama kali dipekernalkan oleh seorang filsuf dari Prancis, Emile Boirac pada tahun 1876. Déjà vu berasal dari bahasa Prancis yang berarti ‘pernah melihat’ atau ‘telah menyaksian’. Déjà vu adalah fenomena yang dirasakan pikiran manusia dimana suatu peristiwa tampak familiar dan sudah dirasakan sebelumnya. Sebelum adanya penelitian lebih dalam tentang fenomena ini, déjà vu dianggap sebagai peristiwa paranormal atau disfungsi neurologis.
ADVERTISEMENT
Faktanya terjadinya fenomena déjà vu merupakan fenomena neurologis. Meskipun déjà vu dapat disertai dengan kejang pada orang dengan epilepsi lobus temporal, fenomena ini juga terjadi kepada orang normal yang tidak memiliki masalah kesehatan (Illman et al., 2012). Sekitar 60%-80% orang pernah mengalami fenomena ini. Déjà vu lebih sering dirasakan ketika orang tersebut dalam keadaan stress dan letih, dan juga lebih sering dirasakan oleh orang-orang yang gemar traveling (Penn Medicine, 2019). Oleh karena itu, fenomena déjà vu cenderung lebih sering dirasakan oleh remaja sampai dewasa awal.
Para ahli belum mengidentifikasi penyebab pasti dari fenomena ini. Akan tetapi, terdapat beberapa teori yang kemungkinan besar mendasari fenomena ini. Penelitian dalam fenomena ini sulit untuk dipelajari dikarenakan déjà vu terjadi secara tiba-tiba dengan waktu yang singkat dan juga bisa terjadi kepada orang-orang yang tidak memiliki masalah kesehatan (Raypole, 2020). Terdapat tiga teori yang menjadi pemicu dari fenomena déjà vu ini, teori tersebut terdiri dari split perception theory, minor brain circuit malfunctions theory, dan memory recall theory (Brown & Marsh, 2010).
ADVERTISEMENT

Split perception theory

Teori pertama yaitu persepsi yang tebagi. Teori ini menjelaskan fenomena déjà vu terjadi dikarenakan ketika kita melihat suatu objek untuk pertama kalinya, mungkin kita melihat objek tersebut hanya sekilas atau ketika sedang terbagi-bagi perhatiannya. Walaupun seperti itu, otak kita merekam objek tersebut ke dalam memori. Jadi, ketika kita merasakan atau melihat objek tersebut kembali, kita menganggap hal itu merupakan yang pertama kalinya. Akan tetapi, otak kita menggingat kembali persepsi yang sebelumnya sudah tersimpan dalam memori, meskipun kita tidak meliki kesadaran penuh atas hal tersebut.

Minor brain circuit malfunction theory

Selanjutnya, terdapat teori yang mengatakan déjà vu terjadi karena malfungsi sirkuit otak yang minor. Malfungsi terjadi ketika bagian otak yang berfungsi untuk menyimpan memori masa sekarang dan bagian otak yang berfungsi untuk mengingat kembali memori (hipokampus) aktif pada saat yang bersamaan. Jadi, otak menggap hal sedang terjadi merupakan hal yang sudah pernah terjadi sebelumnya.
ADVERTISEMENT

Memory recall theory

Teori selanjutnya adalah teori mengingat kembali. Banyak ahli yang percaya bahwa fenomena déjà vu memiliki hubungan dengan proses otak yang mencoba mengingat kembali kejadian di masa lampau atau kejadian yang familiar. Seseorang tidak bisa mengingat dengan jelas kejadian yang sudah terjadi karena mungkin kejadian tersebut ketika saat masih anak-anak, tetapi otak dapat mendeteksi bahwa kejadian serupa sudah pernah terjadi.

Jamais Vu

Pernahkah Anda merasa sebuah kata atau objek terasa asing padahal hal tersebut bukan merupakan hal yang baru kita ketahui?
Istilah dari fenomena ini merupakan kebalikan dari fenomena déjà vu. Istilah jamis vu juga berasal dari bahasa Prancis yang artinya “tidak pernah melihat,” merujuk kepada suatu peristiwa familiar yang tampak asing bagi kita. Jamais vu merupakan fenomena dimana sesorang memiliki kesan melihat suatu situasi untuk pertama kalinya, meskipun secara rasional mengetahui bahwa situasi tersebut sudah pernah dirasakan sebelumnya (Spector, 2011).
ADVERTISEMENT
Cukup banyak orang yang pernah mengalami fenomena ini, meskipun tidak sebanyak orang-orang yang pernah mengalami fenomena déjà vu. Sekitar antara 40-60 % persen orang pernah merasakan fenomena jamais vu ini. Fenomena jamais vu ini didiagnosis karena kelelahan otak dan juga dapat terjadi karena kejang epilepsi. Cara yang biasanya dilakukan untuk memahami fenomena ini adalah dengan cara menulis atau membaca sebuah kata selama satu menit, setelah menulis atau membaca kata tersebut beberapa orang mungkin merasakan seolah kata tersebut adalah kata yang dibuat-buat, aneh, dan salah.
Seorang peneliti, Dr. Chris Moulin, dari Universitas Leeds mengatakan bahwa fenomena jamais vu mungkin untuk di uji. Moulin menanyakan kepada 92 orang untuk menuliskan kata familiar seperti “pintu” 30 kali dalam 60 detik. Ketika masing-masing ditanyakan untuk mendeskripsikan pengalaman mereka, 68% dari menunjukkan tanda-tanda jamais vu.
ADVERTISEMENT
Ketika Anda mengalami fenomena ini, daripada panik lebih baik tarik nafas dalam dan tenang agar ke adaan kembali menjadi normal.
Daftar Pustaka :
Illman, N. A., Butler, C. R., Souchay, C., & Moulin, C. J. A. (2012). Déjà Experiences in Temporal Lobe Epilepsy. Epilepsy Research and Treatment, 2012, 1–15. https://doi.org/10.1155/2012/539567
Penn Medicine. (2019). Feel Like You’ve Been Here Before? It Might Be Déjà Vu – Penn Medicine. Pennmedicine.org. https://www.pennmedicine.org/updates/blogs/health-and-wellness/2019/july/deja-vu
Brown, A. S., & Marsh, E. J. (2010). Digging into Déjà Vu. Psychology of Learning and Motivation, 33–62. https://doi.org/10.1016/s0079-7421(10)53002-0
Raypole, C. (2020, March 30). What Causes Déjà vu? Healthline; Healthline Media. https://www.healthline.com/health/mental-health/what-causes-deja-vu#causes
Spector, F. (2011). Jamais Vu. Encyclopedia of Clinical Neuropsychology, 1363–1363. https://doi.org/10.1007/978-0-387-79948-3_1167
ADVERTISEMENT