Anak Rentan Alami Stres Akibat Ucapan Negatif dari Orang Tua, Kata Studi

7 Mei 2024 18:34 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu mengancam anak Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu mengancam anak Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Orang tua sepatutnya menjadikan dirinya contoh bagi anak-anaknya, baik dalam berperilaku dan bertutur kata. Karena sadar atau tidak, anak akan mengikuti apa yang dikatakan dan dilakukan ayah-ibunya.
ADVERTISEMENT
Tetapi, ada kalanya mungkin Anda tidak bisa mengontrol ucapan kepada anak ketika sedang stres atau marah. Atau ketika anak berulah atau melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan, Anda 'kelepasan' mengeluarkan kata-kata negatif.
Meski begitu, sebaiknya kebiasaan ini tidak dilanjutkan lebih jauh dan lebih berhati-hati ketika berbicara kepada anak. Sebab, The Bump melansir, kata-kata negatif yang diucapkan orang tua kepada anaknya bisa berdampak signifikan terhadap tumbuh kembangnya.
Ya Moms, sebuah studi yang dibuat Preply --sebuah platform pembelajaran bahasa online-- mengungkapkan kata-kata negatif yang sering diucapkan orang tua ketika berbicara dengan anak-anak mereka. Dari 1.400 orang tua yang disurvei, beberapa kata negatif yang kerap terucap adalah:
Meski bagi sebagian orang tua kata-kata di atas tidak berbahaya, namun dampaknya ternyata bisa sangat besar pada mental anak. Sekitar 1 dari 4 orang tua mengaku pernah secara tidak sengaja membuat anak mereka menjadi buruk lewat kata-kata tersebut.
ADVERTISEMENT

Dampak Kata-kata Negatif Orang Tua terhadap Anaknya

Ilustrasi ibu marah pada anak. Foto: Shutter Stock
Seorang profesor psikolog dari University of Notre Dame, Darcia Narvaez, mengungkapkan kebiasaan memarahi anak dengan kata-kata negatif dapat mengembangkan respons stres yang tinggi. Akibatnya bisa merusak cara pemikiran, pembelajaran, dan keterbukaan anak terhadap orang lain.
Sementara menurut pakar bahasa Sylvia Johnson, kata-kata negatif tersebut tidak hanya perlu dihindari ketika sedang merasa emosi atau marah. Namun juga pada keseharian orang tua dan anak.
"Bahasa yang kita [orang tua] gunakan sehari-hari membentuk persepsi kita terhadap diri sendiri, persepsi terhadap orang lain, dan pandangan kita terhadap dunia. Sementara bahasa negatif, yang jika ditujukan kepada orang lain, dapat membuat hubungan menjadi tegang, mengurangi harga diri, dan menumbuhkan pesimistis," jelas Johnson.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, Johnson mengingatkan para orang tua untuk berhati-hati dalam bertutur-kata, terutama pada anak-anak yang mudah terpengaruh pada setiap ucapan kita.
Di sisi lain, penelitian juga mengungkapkan bahwa sekitar 20 persen orang tua pada akhirnya menyatakan penyesalan atas kata-kata negatif yang mereka gunakan terhadap anak-anak mereka. Orang tua tersebut pun berjanji akan lebih baik ketika memperlakukan anak-anaknya.
Johnson juga menekankan pentingnya mengoreksi kata-kata negatif yang pernah terucap, dan lebih banyak memberikan kata-kata penyemangat. Cara ini bisa kembali menambah rasa kepercayaan diri anak, menumbuhkan harga diri yang sehat, menciptakan rasa ingin tahu, dan membangun ketahanan diri anak.
"Empati harus menjadi inti bahasa orang tua. Memahami dan menghormati perasaan anak, mengekspresikan perasaan kita secara konstruktif, dan menjelaskan alasan di balik harapan kita adalah komunikasi yang sehat," tutup Johnson.
ADVERTISEMENT