Batas antara Body Positivity dan Obesitas, Ini Hal yang Perlu Perempuan Pahami

25 Maret 2024 18:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obesitas. Foto: New Africa/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obesitas. Foto: New Africa/Shutterstock
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ladies, kamu pernah dengan social movement seperti body positivity?
Gerakan ini sebetulnya mengarah pada hal baik, yaitu penerimaan terhadap bentuk tubuh. Tidak memandang ukuran, bentuk, warna kulit, jenis kelamin, dan kemampuan fisik.
Tapi, kadang ada salah kaprah di baliknya, lho. Pasalnya, penggunaan media sosial yang masif membuat kadang kita sulit membedakan antara ajakan untuk body positivity dengan membiarkan obesitas berkembang di tubuh kita.
Ya Ladies, meski pesan body positivity sangat bisa memotivasi dan memberdayakan seseorang, kamu tetap perlu ingat bahwa kesehatan tubuh juga bagian penting dari kesejahteraan. Perempuan—sebagai yang kerap jadi sasaran utama tekanan sosial—perlu memahami perbedaan antara mencintai diri dengan pengabaian kesehatan tubuh.
Punya kegalauan yang sama tentang hal ini? kumparan bahas tuntas soal batas di antara dua hal ini!

Meningkatnya Penderita Obesitas di Indonesia

Kementerian Kesehatan RI melaporkan bahwa obesitas mengalami peningkatan signifikan dalam kurun 10 tahun. Dari awalnya 10,5 persen pada tahun 2007 menjadi 15,3 persen di tahun 2023 (hasil Survei Kesehatan Indonesia 2023). Sementara, lonjakan prevalensi obesitas dari tahun 2018 ke 2023 mencapai 21,8 persen.
Di antara angka ini, ternyata perempuan juga jadi kelompok yang lebih rentan mengalami obesitas. Prevalensi perempuan obesitas usia 18 tahun atau lebih, sebesar 32,9 persen pada tahun 2023. Sedangkan, pria hanya sebesar 19,7 persen.
Tingginya angka ini jadi tanda bahwa kita perlu berhati-hati. Pasalnya, ada berbagai bahaya lain yang bisa timbul akibat obesitas. Mulai dari masalah diabetes, kardiovaskular, asam urat, hipertensi, batu empedu, kanker usus, kanker payudara, hingga kanker rahim.

Faktor Penyebab Obesitas

Ilustrasi menimbang berat badan. Foto: Eviart/Shutterstock
Ladies, cantik itu tidak harus kurus, ya. Tapi di sisi lain, kamu juga harus paham soal kondisi kesehatan jika tanda-tandanya muncul.
Dilansir Healthline, obesitas merupakan kondisi kesehatan jangka panjang (kronis) yang berkembang seiring berjalannya waktu. Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh yang mengganggu kesehatan.
Dokter biasanya menggunakan menggunakan Indeks Masa Tubuh (BMI) untuk menentukan obesitas—jika mencapai angka 30 atau lebih. Dokter pun akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut jika seseorang memiliki kelebihan jumlah lemak perut (visceral) dibandingkan daerah lain, atau jika lingkar pinggang lebih besar dari 40 inci (laki-laki) dan 35 (perempuan).
Jadi, bentuk tubuh gemuk bukan berarti obesitas, ya Ladies. Kamu tetap bisa mencintai tubuhmu karena artinya kesehatan masih tetap terjaga.
Ada beberapa faktor penyebab seseorang bisa mengalami obesitas. Mulai dari genetika, bertambahnya usia, kurang tidur (yang menyebabkan perubahan hormonal), stres tinggi, hingga kehamilan.
Selain faktor-faktor tersebut, ada beberapa penyakit lain yang bisa menyebabkan seseorang mengalami obesitas. Seperti:
Selain itu, kamu juga perlu memperhatikan berbagai asupan makanan agar kondisi tubuh tidak semakin memburuk dan menyebabkan naiknya berat badan tubuh, ya Ladies.

LIGHTHouse: Klinik Kontrol Berat Badan

Ladies, jika kamu mengalami keraguan soal berat badan yang kian semakin meningkat, cobalah untuk mencari bantuan dokter. Selain membentuk pola makan sehat dan olahraga, konsultasi dengan dokter bisa membantu kamu menemukan perawatan yang tepat untuk masalah berat badan.
Kamu bisa coba konsultasi di LIGHTHouse, ya. Klinik ini merupakan pionir dalam memberikan bantuan kontrol berat badan dan tubuh sejak 2004. Didirikan oleh dr. Grace Judio-Kahl MSc, MH, CHt, Dipl. AAAM, kamu akan ditemani dalam berjuang mengontrol berat badan, nafsu makan, hingga pembentukan kontur tubuh.
Bahkan, ada dukungan program yang mudah diikuti, serta perawatan khusus yang menyasar akar masalah. LIGHTHouse dipayungi oleh LIGHT, bersama brand lain sperti LIGHThouse X, LIGHTcoach, dan LIGHTmeal.
Jika konsultasi bersama LIGHT, kamu akan diberikan 4 metode perawatan berbeda, seperti LIGHThouse sebagai weight control clinic, LIGHThouse X dengan program advanced weight loss & fat removal clinic, LIGHTcoach dengan aplikasi diet coach, dan LIGHTmeal yang menyajikan makanan dengan kalori terkontrol.
Bersama dokter yang tentunya ahli di bidangnya, di LIGHThouse kamu juga diberikan dua jenis treatment yang disesuaikan dengan kondisi tubuh.
Pertama, Treatment Injectable. Dilakukan dengan memasukkan obat atau formula ke dalam tubuh demi membantu pembakaran lemak dan peningkatan metabolisme tubuh. Contohnya, Injex, Lipoburn, dan Semaline/Liraline.
Kedua, Treatment Non-Injectable, yang membakar lemak dari luar dengan alat kesehatan canggih. Misalnya, LIGHTwave, Lipostripping & Mini lipostripping, Lymphatic Drainage, Lymphatic Release, E-line, VacuRF, dan Octipolar.
Ungkapkan semua keluh kesah soal berat badan di LIGHTHouse ya, Ladies. Klinik mereka sudah ada di 15 titik kota Jakarta, Tangerang, Bekasi, Medan, dan Surabaya. Bahkan akan ada penambahan lima cabang baru di Grand Indonesia dan Makassar di semester tahun ini.
Yuk, kita berangkat ke LIGHTHouse. Jangan lupa, love your body unconditionally, dan jaga kesehatannya sebagai bentuk cinta!
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio