Membangun Budaya Positif di Kementerian Kesehatan

Rina Madhona
Epidemiolog, ASN, BKK Kelas I Tanjungpinang
Konten dari Pengguna
26 Maret 2024 14:27 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rina Madhona tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Pengawasan Kedatangan Kapal dan Penumpang di Pelabuhan (Sumber : Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Foto Pengawasan Kedatangan Kapal dan Penumpang di Pelabuhan (Sumber : Dok. Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat usia sudah tidak muda lagi bagi sebagian orang, perubahan zaman termasuk perubahan budaya kerja seakan diri berada pada arena pacuan kuda yang harus ditaklukkan dan menjadi pemenang. Perubahan yang menuntut peningkatan di semua dimensi.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang ASN yang dahulu sudah merasakan “zaman batu” di mana korupsi menjadi hal yang biasa. Gratifikasi menjadi lumrah. Suap meyuap menjadi tradisi. Semakin ke sini hal itu menjadi hal yang aneh dan tabu. Tentu hal ini menjadi sangat positif.
Berbicara hal yang positif, Kementerian Kesehatan semakin giat berpacu pada segala perbaikan yang diperlukan untuk mencapai Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat. Seluruh insan ASN Kemenkes seakan bergandengan tangan mencoba untuk “memaksakan diri” meninggalkan tradisi-tradisi konvensional yang telah menjadi budaya. Kata “memaksa” ini menjadi sangat bernilai positif untuk memacu setiap insan ASN Kemenkes menjadi lebih baik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian budaya adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah. Kemenkes sendiri sudah launching “Perubahan Budaya Kerja Kementerian Kesehatan” pada tanggal 19 Februari 2024
ADVERTISEMENT
Perubahan itu merupakan inisiatif kampanye perubahan budaya kerja berbasis budaya BerAkhlak yang berfokus pada tiga komponen perilaku yaitu Eksekusi Efektif, Cara Kerja Baru dan Pelayanan Unggul. BerAkhlak merupakan “Core Value” terdapat dalam UU No.5 Tahun 2014 tentang ASN yang merupakan pilar bagi para ASN untuk berperilaku sesuai dengan harapan organisasi birokrasi.
Peringkasan menjadi 3 ini dirasakan menjadi sangat mudah diingat karena menurut survei yang terdapat dalam artikel Capitalize on the Psychological Power of Three in Your Communication bahwa tiga adalah angka yang ideal dan mudah disimpan oleh otak manusia. Manusia itu akan mudah mengingat untuk “3 Point Shot” ini. Mudah diingat, mudah dipahami dan mudah dijalankan.
Perubahan-perubahan yang dicanangkan tersebut adalah sebuah mimpi, sebuah cita-cita dan sebuah inspirasi. Sehingga butuh untuk diwujudkan menjadi kenyataan atau direalisasikan oleh orang-orang yang hebat dalam system budaya yang tangguh. Mengubah budaya itu tidak lah mudah karena budaya itu adanya di hati bukan di spanduk ataupun di poster. Budaya itu diajari dengan hati bukan dengan ingatan sehingga budaya itu harus dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari oleh atasan di tempat kerja.
ADVERTISEMENT
Membangun budaya baru yang lebih baik memang tidak mudah tapi memang harus dimulai dan dibangun. Memulai dengan “ritual-ritual” baru dan “simbol-simbol” baru yang masuk ke dalam hati setiap insan ASN Kemenkes.
Eksekusi efektif akan memaksa kita untuk dapat memanfaatkan sumber daya secara optimal dengan mengedepankan integritas, kompeten, beradaptasi terhadap perubahan. Senantiasa meningkatkan kemampuan diri, gesit dan cepat. Kita dituntut untuk bekerja cerdas.
Cara Kerja Baru memaksa kita untuk berpikir inovatif dan menjadi insan pembelajar, harus mampu berkolaborasi dengan mitra kerja internal maupun eksternal dan berorientasi solusi dan perbaikan berkelanjutan.
Kemudian Pelayanan Unggul memaksa kita untuk menjadikan pelayanan ke masyarakat sebagai prioritas utama. Proaktif dan Responsif dengan usaha terbaik.
Budaya yang sehat, kondusif dan positif menciptakan energi yang luar biasa besar yang mampu memproteksi terhadap perubahan negatif. Tidak akan mudah berubah begitu saja. Budaya baru diajarkan dengan hati di mana dampaknya akan terasa dengan banyaknya hal positif yang dirasakan masyarakat sebagai outcome.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa waktu mencoba mengunyah dan menelan menu budaya baru tadi yang sedang giat dibangun di tempat kerja dan tanpa menjadi suatu beban perlahan muncullah semangat baru dalam diri laksana"hero" nya film kartun yang tiba-tiba ada cahaya muncul dari belakang. Semangat untuk lebih baik dari hari ke hari dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat. Seperti cerita suatu malam saat menunggu kedatangan kapal terakhir kemudian bersandar di pelabuhan.
Yah itu adalah suatu gambaran rutinitas yang di alami oleh ASN di Kantor Kesehatan Pelabuhan yang sekarang ini telah berganti nomenklatur menjadi Balai Kekarantinaan Kesehatan saat mendapat giliran jadwal piket di pelabuhan. Berakhirnya tugas petugas pada hari itu ditandai dengan tibanya kapal terakhir kemudian bersandar dan semua penumpang sudah turun. Empat orang petugas dengan wajah sumringah pun menyambut sinyal tersebut. Ini berarti bahwa tim piket sudah bisa mengemas barang-barangnya, memasukkan laptop ke dalam tas, mencari kunci sepeda motornya atau mobilnya yang mungkin terselip di suatu tempat dan bersiap untuk finger print kepulangan. Alhamdulilah,,,tugas pengawasan hari ini berjalan dengan lancar tanpa ada kendala apa pun.
ADVERTISEMENT
“Jeklek…..” suara kunci pintu besi kantor pos Sri Bintan Pura Wilayah Kerja Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Tanjungpinang berbunyi ini berarti pintu sudah ditutup, lampu-lampu sudah dimatikan dan semua petugas sudah finger print dan keluar dari kantor. Sambil bercanda di tengah gelapnya langit malam yang indah juga ditemani lampu-lampu yang ada di sepanjang koridor pelabuhan, petugas berjalan bersama walau sedikit terhuyung karena kelelahan menuju arah parkiran Pelabuhan. Terlintas dalam benak mom of 4, anak-anak yang ceria menyambut di depan pintu rumah saat pulang nanti.
Kantor Kemenkes di Rasuna Said. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Tiba-tiba terdengar suara seseorang berteriak “ Ibu…Ibu tolong….ada yang pingsan”. Sesaat kemudian semua petugas tanpa di pandu seorang dirjen serentak mengucapkan “ HA….apa?” saling tatap dan langsung bergerak. Rupanya salah satu penumpang yang terakhir turun tadi sedang menunggu jemputan kemungkinan kelelahan dan pingsan.
ADVERTISEMENT
Seakan kamus SOP sudah terbuka di alam pikiran dengan sigap petugas melakukan semua yang sebaiknya dilakukan saat itu. Dua orang petugas memeriksa keadaan pasien yang saat itu terbaring di pinggiran outlet penjualan roti yang sudah tutup di dalam pelabuhan. Dua orang petugas yang lain berlari kembali ke kantor untuk membuka klinik dan mempersiapkan ambulans. Setelah diperiksa oleh petugas, kemudian diambil tindakan untuk segera di rujuk ke RS terdekat. Semua bergerak cepat dan tepat. Ambulans bergerak menuju RS terdekat di mana dua orang petugas ikut di dalamnya mendampingi pasien. Sementara petugas yang lainnya menunggu stand by di kantor.
Beberapa waktu berselang pasien sudah berada di RS dengan keluarganya dalam keadaan sadar dan sudah ditangani oleh pihak RS. Sementara petugas pun sudah di jalan menuju Home Sweet Home nya setelah melakukan laporan ke atasan dengan WA grup.
ADVERTISEMENT
Malam semakin gelap dan angin dingin menyapu dengan lembut wajah lelah petugas. Kami sudah melakukan yang terbaik yang kami bisa untuk masyarakat. Itulah kalimat yang terlintas pada saat itu. Pelayanan Unggul.