Review 'La Famille Belier': Drama Keluarga yang Menghangatkan

Shandy Gasella
Penikmat dan pengamat film - Aktif meliput kegiatan perfilman di Jakarta dan sejumlah festival film internasional sejak 2012
Konten dari Pengguna
13 Maret 2021 16:28 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Poster 'La Famille Belier' | Dok. Klik Film
zoom-in-whitePerbesar
Poster 'La Famille Belier' | Dok. Klik Film
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sempat mencuat berita dari skena festival film internasional pada Februari lalu, ihwal film berjudul 'CODA' garapan Sian Heder, yang tak hanya memenangi piala bergengsi pada ajang Sundance International Film Festival 2021, tetapi juga hak distribusi internasionalnya langsung dibeli Apple TV+ senilai $ 25 juta! Harga yang fantastis untuk sebuah film yang relatif kecil, dalam arti ia bukan film keluaran studio besar, tak didukung aktor-aktor ternama, dan sutradaranya sendiri relatif orang baru.
ADVERTISEMENT
Sebelum membesut 'CODA', Sian Heder menulis skenario serial televisi hits Netflix berjudul 'Orange is the New Black'. 'CODA' yang dalam bahasa Inggris merupakan akronim dari 'Child of Deaf Adults' (anak dari orang tua tuli) merupakan remake atau buat ulang dari film Prancis berjudul 'La Famille Belier' (judul internasional: The Belier Family).
Belum sempat menonton 'CODA', saya penasaran mencari tahu keberadaan film aslinya, ternyata tersedia untuk ditonton secara legal di Indonesia lewat platform streaming Klik Film. Setelah menyaksikan drama coming of age yang kuat unsur komedi dan musik tersebut, saya pun mafhum bila film yang sarat nilai-nilai keluarga itu kemudian diadaptasi oleh Hollywood, dan saya pikir cerita yang ditawarkan cocok untuk diadaptasi ke dalam versi negara mana pun di seantero Bumi.
Still adegan 'La Famille Belier' | Dok. Klik Film
'La Famille Belier' mengisahkan sepenggal perjalanan hidup seorang cewek remaja bernama Paula Belier (Louane Emera, 'Les Affames', 'Our Patriots'). Ia merupakan anak dari sepasang orang tua tuna rungu, diperankan Francois Damiens ('Heartbreaker', 'Delicacy') sebagai ayah dan Karin Viard ('Polisse', 'Paris') sebagai sang ibu. Pun adik laki-lakinya, Quentin (Luca Gelberg, 'Alex Hugo') juga tuli. Hanya Paula, satu-satunya dalam keluarga yang tak tuli, maka ia pun didaulat sebagai juru bicara keluarga.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya 'La Famille Belier' merupakan film drama keluarga yang tipikal, andai ia berlokasi di tengah kota urban seperti yang biasa ditampilkan dalam film-film Hollywood atau bahkan film nasional kita. Tetapi, setting cerita pedalaman Prancis membuatnya istimewa, sebab settingnya sendiri mempengaruhi lingkup kisah dan karakter-karakter dalam film, lengkap dengan isu sosialnya yang khas. Agak mirip film 'Keluarga Cemara' jika Abah dan Ambu dikisahkan tuna rungu.
Nuansa yang hadir akan kekerabatan, keakraban dan support system antar anggota keluarga sehangat yang ditampilkan 'Keluarga Cemara', jika saya boleh membandingkannya demikian agar tergambar kira-kira seperti itulah nuansa yang dihadirkan film ini. Lucu, hangat, dan mengharukan.
Still adegan 'La Famille Belier' | Dok. Klik Film
Paula menjalani rutinitas sebagai remaja kampung dengan getol membantu orangtuanya yang peternak sapi, memproduksi keju dan menjualnya di pasar saban akhir pekan. Sebagai satu-satunya anggota keluarga, Paula juga sering kebagian tugas menjadi interpreter (penerjemah) bagi orangtuanya dalam hal komunikasi dengan warga sekitar.
ADVERTISEMENT
Di sekolah Paula cenderung tampil sebagai sosok pendiam, untuk tak menyebutnya kurang percaya diri, dan malu-malu ketika mesti berhadapan dengan lawan jenis seumurannya. Lalu dia mengikuti ekskul paduan suara, dan bertemulah dengan cowok ganteng anak kota bernama Gabriel (Ilian Bergala) yang kemudian mulai mengusik perasaannya.
Still adegan 'La Famille Belier' | Dok. Klik Film
Pada awalnya Paula mengikuti paduan suara hanya untuk bersenang-senang, dan berharap mendapatkan respons dari si cowok ganteng yang ditaksirnya. Namun, ia malah terkejut ketika guru paduan suaranya, memilih Paula sebagai penyanyi utama, dan menyarankannya untuk mengikuti audisi sebuah sekolah musik ternama di Paris. Selama ini Paula tak menyadari bahwa dirinya dikaruniai suara emas.
Dari sini cerita sudah menarik bukan? Lantas apa konfliknya? Ialah pergulatan batin Paula yang merasa jika ia pergi meninggalkan kedua orangtuanya, Paula takut mereka akan kesusahan. Hal yang sama dirasakan ibunya, bahwa sekian tahun mereka hidup bersama, kenyataan akan berpisah dengan putrinya itu terasa berat dan menguras emosi.
ADVERTISEMENT
Oh, untuk membuatnya lebih menarik, ada satu sempalan subplot lagi, yakni kisah sang ayah yang mencalonkan diri menjadi Wali kota dengan janji kampanye, "Saya mendengar aspirasimu."
Still adegan 'La Famille Belier' | Dok. Klik Film
Hal yang paling menarik dari 'La Famille Belier' adalah kehidupan sebuah keluarga ini yang digambarkan dengan begitu terus terang, dan terkesan nyata. Ayah, Ibu, dan Quentin digambarkan sebagai sosok-sosok penuh semangat dan ekspresif, dan tergambarkan pula cara-cara unik mereka untuk bertahan hidup di dunia yang sunyi, dan apa yang tampil menjadi sangat menghibur. Penggambaran kehidupan keluarga, bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain, amat jarang saya temukan dalam film-film populer kebanyakan.
Ada satu momen gokil sekaligus mengesankan, adalah ketika Gabriel datang ke rumah Paula untuk latihan vokal bersama. Kedua orang tua Paula berdiskusi lewat bahasa isyarat, tentu saja, ihwal status anak mereka yang masih perawan tinting, dan mereka mempertanyakan apakah Si Gabriel ini yang akan "pecah telor" memerawani putri mereka itu. Walau mereka orang kampung, tetapi isu seks dibicarakan seterbuka itu, dan didiskusikan secara sehat.
ADVERTISEMENT
'La Famille Belier' pada dasarnya adalah kisah tentang seorang remaja perempuan yang tumbuh dengan hasrat untuk melampaui kodrat sebagai anak kampung, dan tentang perjalanannya menggapai mimpi. Pada dasarnya kisah film ini cukup umum dan biasa, tetapi menjadi istimewa lantaran bagaimana cara kisahnya diwujudkan. Keterlaluan rasanya jika kita tak menangis atau terharu di pengujung kisah. Sekuat, setegar, dan semacho apa pun, saya yakin pertahananmu akan goyah juga di akhir film. Lepas nonton film ini, hati jadi anget.